Akhirnya kita berjumpa lagi di LingkaranDunia, kali ini saya akan membagikan artikel yang berjudul Alfred Wallace Melakukan Eksplorasi dan penelitian alam,
Eksplorasi dan penelitian alam
Terinspirasi oleh kisah sejarah perjalanan para naturalis sebelumnya, seperti Alexander von Humboldt, Charles Darwin, dan William Henry Edwards, Wallace memutuskan bahwa ia juga ingin bepergian ke luar negeri sebagai seorang naturalis. Pada tahun 1848, Wallace dan Henry Bates berangkat menuju Brasil dengan kapal Mischief. Tujuan mereka adalah mengumpulkan spesimen serangga dan hewan lainnya di hutan hujan Amazon
untuk koleksi pribadi, menjual duplikatnya kepada museum dan kolektor
sekembalinya di Britania agar dapat membiayai perjalanan tersebut.
Wallace juga berharap dapat mengumpulkan bukti-bukti terkait transmutasi spesies.
Wallace dan Bates menghabiskan sebagian besar waktu pada tahun pertama mereka dengan melakukan pengumpulan di dekat Belém do Pará, kemudian mereka berpisah untuk melakukan eksplorasi di pedalaman dan terkadang bertemu untuk mendiskusikan temuan mereka. Pada tahun 1849, mereka sempat bergabung dengan penjelajah muda lainnya, yakni Richard Spruce (seorang ahli botani), bersama dengan Herbert, adik Wallace. Tidak lama setelah itu Herbert meninggalkan mereka (wafat dua tahun kemudian karena demam kuning), namun Spruce, sama seperti Bates, masih menghabiskan waktu lebih dari sepuluh tahun lagi untuk melakukan pengumpulan di Amerika Selatan.
Wallace terus melakukan pemetaan Rio Negro selama empat tahun, mengumpulkan berbagai spesimen dan membuat catatan tentang penduduk dan bahasa yang ditemuinya serta geografi, flora, dan fauna wilayah tersebut. Pada tanggal 12 Juli 1852, Wallace kembali ke Britania dengan kapal Helen. Setelah 26 hari di laut, kargo kapal tersebut terbakar dan awak kapal terpaksa meninggalkan kapal. Wallace kehilangan semua spesimen yang ia bawa dalam kapal tersebut, yang mana kebanyakan dikumpulkannya selama dua tahun terakhir perjalanannya. Ia berhasil menyelamatkan beberapa catatan dan sketsa pensil serta sedikit lainnya.
Wallace dan awal kapal menghabiskan sepuluh hari di perahu terbuka sebelum diselamatkan oleh kapal Jordeson, yang sedang berlayar dari Kuba menuju London. Persediaan bekal Jordeson menjadi genting dengan adanya penumpang-penumpang yang tak terduga, namun setelah suatu babak yang sulit dengan ransum yang sangat sedikit pada akhirnya kapal tersebut mencapai tujuannya pada tanggal 1 Oktober 1852.
Setelah kembali ke Britania, Wallace menghabiskan waktu selama 18 bulan di London dengan hidup mengandalkan pembayaran asuransi atas koleksinya yang hilang dan menjual hasil penjualan spesimen yang telah dikirimkan kembali ke Britania sebelum ia memulai eksplorasi di Rio Negro. Selama periode ini, meski telah kehilangan hampir semua catatan dari ekspedisinya di Amerika Selatan, ia menulis enam makalah akademik (termasuk "On the Monkeys of the Amazon") dan dua buku yang berjudul Palm Trees of the Amazon and Their Uses dan Travels on the Amazon. Ia juga menjalin hubungan dengan sejumlah naturalis Britania lainnya, terutama Darwin.
Pada tahun 1854–1862, saat usianya 31–39 tahun, Wallace menjelajah berbagai wilayah di Kepulauan Melayu atau Hindia Timur (sekarang Singapura, Malaysia, dan Indonesia) untuk mengumpulkan spesimen-spesimen agar dapat dijual dan untuk mempelajari sejarah alam. Satu set 80 kerangka burung yang ia kumpulkan di Indonesia dan dokumentasi yang terkait dengannya dapat dilihat di University Museum of Zoology di Universitas Cambridge. Pengamatannya tentang perbedaan zoologi yang mencolok di seberang sebuah selat kecil di kepulauan tersebut membuatnya mengusulkan batas wilayah geografi hewan yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace.
Wallace mengumpulkan lebih dari 126.000 spesimen di Kepulauan Melayu (termasuk lebih dari 80.000 kumbang). Beberapa ribu darinya mewakili spesies baru dalam ilmu pengetahuan pada saat itu. Selama perjalanan ini, salah satu deskripsi spesies darinya yang banyak dikenal adalah katak pohon yang dapat terbang meluncur (Rhacophorus nigropalmatus), yang dikenal sebagai katak terbang Wallace. Ketika ia sedang menjelajahi Kepulauan Melayu, ia mempertajam pemikirannya mengenai evolusi dan mendapatkan wawasannya yang terkenal tentang seleksi alam. Pada tahun 1858, ia mengirimkan sebuah artikel kepada Darwin yang berisikan uraian teorinya; artikel tersebut lalu diterbitkan, bersama-sama dengan suatu penjelasan dari teori Darwin sendiri, pada tahun yang sama.
Catatan mengenai petualangan dan penelitiannya di sana akhirnya diterbitkan pada tahun 1869 dengan judul The Malay Archipelago, yang mana menjadi salah satu buku terpopuler seputar eksplorasi ilmiah dari abad ke-19, dan hingga sekarang terus dicetak ulang. Karyanya itu dipuji para ilmuwan seperti Darwin (yang kepadanya buku tersebut didedikasikan) dan Charles Lyell, serta kalangan selain ilmuwan seperti Joseph Conrad yang menyebutnya sebagai "pendamping di sisi ranjang" favoritnya dan menggunakan buku tersebut sebagai sumber informasi bagi beberapa novelnya (terutama Lord Jim).
Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Alfred Wallace Melakukan Eksplorasi dan penelitian alam, di LingkaranDunia, dan semoga artikel ini bermanfaat.
Wallace dan Bates menghabiskan sebagian besar waktu pada tahun pertama mereka dengan melakukan pengumpulan di dekat Belém do Pará, kemudian mereka berpisah untuk melakukan eksplorasi di pedalaman dan terkadang bertemu untuk mendiskusikan temuan mereka. Pada tahun 1849, mereka sempat bergabung dengan penjelajah muda lainnya, yakni Richard Spruce (seorang ahli botani), bersama dengan Herbert, adik Wallace. Tidak lama setelah itu Herbert meninggalkan mereka (wafat dua tahun kemudian karena demam kuning), namun Spruce, sama seperti Bates, masih menghabiskan waktu lebih dari sepuluh tahun lagi untuk melakukan pengumpulan di Amerika Selatan.
Wallace terus melakukan pemetaan Rio Negro selama empat tahun, mengumpulkan berbagai spesimen dan membuat catatan tentang penduduk dan bahasa yang ditemuinya serta geografi, flora, dan fauna wilayah tersebut. Pada tanggal 12 Juli 1852, Wallace kembali ke Britania dengan kapal Helen. Setelah 26 hari di laut, kargo kapal tersebut terbakar dan awak kapal terpaksa meninggalkan kapal. Wallace kehilangan semua spesimen yang ia bawa dalam kapal tersebut, yang mana kebanyakan dikumpulkannya selama dua tahun terakhir perjalanannya. Ia berhasil menyelamatkan beberapa catatan dan sketsa pensil serta sedikit lainnya.
Wallace dan awal kapal menghabiskan sepuluh hari di perahu terbuka sebelum diselamatkan oleh kapal Jordeson, yang sedang berlayar dari Kuba menuju London. Persediaan bekal Jordeson menjadi genting dengan adanya penumpang-penumpang yang tak terduga, namun setelah suatu babak yang sulit dengan ransum yang sangat sedikit pada akhirnya kapal tersebut mencapai tujuannya pada tanggal 1 Oktober 1852.
Setelah kembali ke Britania, Wallace menghabiskan waktu selama 18 bulan di London dengan hidup mengandalkan pembayaran asuransi atas koleksinya yang hilang dan menjual hasil penjualan spesimen yang telah dikirimkan kembali ke Britania sebelum ia memulai eksplorasi di Rio Negro. Selama periode ini, meski telah kehilangan hampir semua catatan dari ekspedisinya di Amerika Selatan, ia menulis enam makalah akademik (termasuk "On the Monkeys of the Amazon") dan dua buku yang berjudul Palm Trees of the Amazon and Their Uses dan Travels on the Amazon. Ia juga menjalin hubungan dengan sejumlah naturalis Britania lainnya, terutama Darwin.
Pada tahun 1854–1862, saat usianya 31–39 tahun, Wallace menjelajah berbagai wilayah di Kepulauan Melayu atau Hindia Timur (sekarang Singapura, Malaysia, dan Indonesia) untuk mengumpulkan spesimen-spesimen agar dapat dijual dan untuk mempelajari sejarah alam. Satu set 80 kerangka burung yang ia kumpulkan di Indonesia dan dokumentasi yang terkait dengannya dapat dilihat di University Museum of Zoology di Universitas Cambridge. Pengamatannya tentang perbedaan zoologi yang mencolok di seberang sebuah selat kecil di kepulauan tersebut membuatnya mengusulkan batas wilayah geografi hewan yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace.
Wallace mengumpulkan lebih dari 126.000 spesimen di Kepulauan Melayu (termasuk lebih dari 80.000 kumbang). Beberapa ribu darinya mewakili spesies baru dalam ilmu pengetahuan pada saat itu. Selama perjalanan ini, salah satu deskripsi spesies darinya yang banyak dikenal adalah katak pohon yang dapat terbang meluncur (Rhacophorus nigropalmatus), yang dikenal sebagai katak terbang Wallace. Ketika ia sedang menjelajahi Kepulauan Melayu, ia mempertajam pemikirannya mengenai evolusi dan mendapatkan wawasannya yang terkenal tentang seleksi alam. Pada tahun 1858, ia mengirimkan sebuah artikel kepada Darwin yang berisikan uraian teorinya; artikel tersebut lalu diterbitkan, bersama-sama dengan suatu penjelasan dari teori Darwin sendiri, pada tahun yang sama.
Catatan mengenai petualangan dan penelitiannya di sana akhirnya diterbitkan pada tahun 1869 dengan judul The Malay Archipelago, yang mana menjadi salah satu buku terpopuler seputar eksplorasi ilmiah dari abad ke-19, dan hingga sekarang terus dicetak ulang. Karyanya itu dipuji para ilmuwan seperti Darwin (yang kepadanya buku tersebut didedikasikan) dan Charles Lyell, serta kalangan selain ilmuwan seperti Joseph Conrad yang menyebutnya sebagai "pendamping di sisi ranjang" favoritnya dan menggunakan buku tersebut sebagai sumber informasi bagi beberapa novelnya (terutama Lord Jim).
Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Alfred Wallace Melakukan Eksplorasi dan penelitian alam, di LingkaranDunia, dan semoga artikel ini bermanfaat.