Aktivisme sosial Alfred Wallace

http://amirakostader.blogspot.co.id/2017/01/aktivisme-sosial-alfred-wallace.html

Aktivisme sosial

John Stuart Mill terkesan dengan berbagai pernyataan yang mengkritik masyarakat Inggris yang dimuat oleh Wallace dalam The Malay Archipelago. Mill memintanya bergabung dengan komite umum dalam Asosiasi Reformasi Kepemilikan Tanah yang dipimpinnya, tetapi asosiasi tersebut dibubarkan setelah wafatnya Mill pada tahun 1873. 

Wallace hanya menulis sedikit artikel tentang masalah-masalah sosial dan politik antara tahun 1873–1879, dan ketika berusia 56 tahun ia terlibat secara serius dalam perdebatan tentang kebijakan perdagangan dan reformasi pertanahan. Ia meyakini bahwa tanah pedesaan seharusnya dimiliki oleh negara dan disewakan kepada orang-orang yang akan memanfaatkannya dengan cara apa pun yang menguntungkan sebagian besar orang sehingga dapat mematahkan kekuasaan yang sering disalahgunakan oleh para tuan tanah kaya dalam masyarakat Britania. 

Pada tahun 1881, Wallace terpilih sebagai presiden pertama dari Perhimpunan Nasionalisasi Tanah yang baru dibentuk. Pada tahun berikutnya ia menerbitkan sebuah buku tentang subjek tersebut, yaitu Land Nationalisation; Its Necessity and Its Aims. Ia mengkritik kebijakan perdagangan bebas Britania Raya karena dampak negatifnya pada orang-orang dari kelas pekerja. Pada tahun 1889, Wallace membaca Looking Backward karya Edward Bellamy dan menyatakan dirinya sebagai seorang sosialis. Setelah membaca Progress and Poverty, buku terlaris pada saat itu karya Henry George, seorang reformis progresif dalam pertanahan, Wallace menggambarkannya sebagai "Tidak diragukan lagi adalah buku yang paling luar biasa dan penting dari abad ini."

Wallace menentang eugenika, suatu gagasan yang didukung oleh para pemikir evolusi terkemuka lainnya pada abad ke-19, dengan alasan bahwa masyarakat masa kini terlalu korup dan tidak adil dengan membuat penentuan yang dianggap masuk akal tentang apa yang layak atau tidak layak. Dalam artikel "Human Selection" pada tahun 1890, ia menuliskan, "Mereka yang berhasil dalam perlombaan mengejar kekayaan sama sekali tidak berarti yang terbaik atau yang paling cerdas". Pada tahun 1898, Wallace menuliskan sebuah makalah yang memperjuangkan suatu sistem uang kertas murni, tanpa didukung oleh perak atau emas, yang mana membuat Irving Fisher (seorang ekonom) sangat terkesan sehingga ia mendedikasikan buku Stabilizing the Dollar karyanya pada tahun 1920 kepada Wallace.

Wallace juga menulis topik-topik politik dan sosial lainnya seperti dukungannya bagi hak suara perempuan, dan ia berulang kali menulis tentang bahaya dan kemubaziran militerisme. Dalam sebuah esai yang diterbitkan pada tahun 1899, Wallace menyerukan pendapat populer agar bersatu menentang peperangan dengan menunjukkan kepada orang-orang: "... bahwa semua perang modern merupakan kedinastian; bahwa semuanya disebabkan oleh ambisi, kepentingan, kecemburuan, dan keserakahan yang tak terpuaskan dari kekuasaan para penguasanya, atau dari kelas-kelas atas dalam hal finansial dan perniagaan yang memiliki kekuasaan dan pengaruh atas para penguasanya; dan bahwa hasil peperangan tidak pernah baik bagi masyarakat, yang bahkan menanggung semua bebannya". 

Dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh Daily Mail pada tahun 1909, dalam masa pertumbuhan penerbangan, ia mengusulkan suatu perjanjian internasional untuk melarang penggunaan pesawat demi tujuan militer, dengan argumentasi yang melawan gagasan tersebut: "... bahwa kengerian yang baru ini 'tak terelakkan', dan bahwa yang dapat kita lakukan hanyalah yakin dan berada di barisan depan para pembunuh udara —karena jelas tidak ada istilah lain yang secara tepat dapat menggambarkan bagaimana dijatuhkannya, katakanlah, sepuluh ribu bom saat tengah malam di sebuah ibu kota musuh dari penerbangan pesawat-pesawat udara yang kasat mata."

Pada tahun 1898, Wallace menerbitkan sebuah buku berjudul The Wonderful Century: Its Successes and Its Failures tentang berbagai perkembangan pada abad ke-19. Bagian pertama buku tersebut mencakup berbagai kemajuan utama dalam bidang teknik dan ilmu pengetahuan pada abad tersebut; 

bagian kedua membahas apa saja yang dianggap Wallace sebagai kegagalan sosial seperti: kehancuran dan kesia-siaan perlombaan senjata dan peperangan, maraknya kaum miskin di perkotaan dan kondisi-kondisi berbahaya tempat mereka tinggal dan bekerja, suatu sistem peradilan pidana yang keras yang gagal memulihkan para pelaku kejahatan, berbagai pelanggaran dalam sistem kesehatan mental berbasis sanatorium milik swasta, kerusakan lingkungan yang disebabkan kapitalisme, dan kejahatan kolonialisme Eropa. Wallace tetap melanjutkan aktivisme sosialnya selama sisa hidupnya; ia menerbitkan buku The Revolt of Democracy hanya beberapa minggu menjelang wafatnya.

Comments
0 Comments