Fungsi
Metabolisme
Keseluruhan
reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan aktivitasnya
disebut metabolisme, dan sebagian besar reaksi kimia tersebut terjadi di
dalam sel. Metabolisme yang terjadi di dalam sel dapat berupa reaksi
katabolik, yaitu perombakan senyawa kimia untuk menghasilkan energi
maupun untuk dijadikan bahan pembentukan senyawa lain, dan reaksi
anabolik, yaitu reaksi penyusunan komponen sel. Salah satu proses
katabolik yang merombak molekul makanan untuk menghasilkan energi di
dalam sel ialah respirasi seluler, yang sebagian besar berlangsung di
dalam mitokondria eukariota atau sitosol prokariota dan menghasilkan
ATP. Sementara itu, contoh proses anabolik ialah sintesis protein yang
berlangsung pada ribosom dan membutuhkan ATP.
Komunikasi sel
Kemampuan
sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari
dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler
serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme multiseluler.
Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama lain dalam proses quorum sensing
(pengindraan kuorum) untuk menentukan apakah jumlah mereka sudah cukup
sebelum membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan
berkomunikasi untuk koordinasi proses diferensiasi menjadi berbagai
jenis sel.
Komunikasi sel terdiri dari proses transfer sinyal antarsel dalam bentuk molekul (misalnya hormon) atau aktivitas listrik,
dan transduksi sinyal di dalam sel target ke molekul yang menghasilkan
respons sel.
Mekanisme transfer sinyal dapat terjadi
dengan kontak
antarsel (misalnya melalui sambungan pengomunikasi), penyebaran molekul
sinyal ke sel yang berdekatan, penyebaran molekul sinyal ke sel yang
jauh melalui saluran (misalnya pembuluh darah), atau perambatan sinyal
listrik ke sel yang jauh (misalnya pada jaringan otot polos).
Selanjutnya, molekul sinyal menembus membran
secara langsung, lewat melalui kanal protein, atau melekat pada
reseptor berupa protein transmembran pada permukaan sel target dan
memicu transduksi sinyal di dalam sel. Transduksi sinyal ini dapat
melibatkan sejumlah zat yang disebut pembawa pesan kedua (second messenger)
yang konsentrasinya meningkat setelah pelekatan molekul sinyal pada
reseptor dan yang nantinya meregulasi aktivitas protein lain di dalam
sel. Selain itu, transduksi sinyal juga dapat dilakukan oleh sejumlah
jenis protein yang pada akhirnya dapat memengaruhi metabolisme, fungsi,
atau perkembangan sel.
Siklus sel
Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan sel antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel. Pada kebanyakan sel, siklus ini terdiri dari empat proses terkoordinasi, yaitu pertumbuhan sel, replikasi DNA, pemisahan DNA yang sudah digandakan ke dua calon sel anakan, serta pembelahan sel. Pada bakteri,
proses pemisahan DNA ke calon sel anakan dapat terjadi bersamaan dengan
replikasi DNA, dan siklus sel yang berurutan dapat bertumpang tindih.
Hal ini tidak terjadi pada eukariota
yang siklus selnya terjadi dalam empat fase terpisah sehingga laju
pembelahan sel bakteri dapat lebih cepat daripada laju pembelahan sel
eukariota.
Pada eukariota, tahap pertumbuhan sel umumnya terjadi dua kali, yaitu sebelum replikasi DNA (disebut fase G1, gap 1) dan sebelum pembelahan sel (fase G2). Siklus sel bakteri tidak wajib memiliki fase G1, namun memiliki fase G2 yang disebut periode D. Tahap replikasi DNA pada eukariota disebut fase S (sintesis), atau pada bakteri ekuivalen dengan periode C. Selanjutnya, eukariota memiliki tahap pembelahan nukleus yang disebut fase M (mitosis).
Peralihan antartahap siklus sel dikendalikan oleh suatu perlengkapan
pengaturan yang tidak hanya mengoordinasi berbagai kejadian dalam siklus
sel, tetapi juga menghubungkan siklus sel dengan sinyal ekstrasel yang mengendalikan perbanyakan sel. Misalnya, sel hewan pada fase G1
dapat berhenti dan tidak beralih ke fase S bila tidak ada faktor
pertumbuhan tertentu, melainkan memasuki keadaan yang disebut fase G0
dan tidak mengalami pertumbuhan maupun perbanyakan. Contohnya adalah
sel fibroblas yang hanya membelah diri untuk memperbaiki kerusakan tubuh
akibat luka. Jika pengaturan siklus sel terganggu, misalnya karena
mutasi, risiko pembentukan tumor—yaitu perbanyakan sel yang tidak
normal—meningkat dan dapat berpengaruh pada pembentukan kanker.
Diferensiasi sel
Diferensiasi sel menciptakan keberagaman jenis sel yang muncul selama perkembangan suatu organisme multiseluler dari sebuah sel telur yang sudah dibuahi. Misalnya, mamalia yang berasal dari sebuah sel berkembang menjadi suatu organisme dengan ratusan jenis sel berbeda seperti otot, saraf, dan kulit. Sel-sel dalam embrio yang sedang berkembang melakukan pensinyalan sel yang memengaruhi ekspresi gen sel dan menyebabkan diferensiasi tersebut.
Kematian sel terprogram
Sel dalam organisme multiseluler
dapat mengalami suatu kematian terprogram yang berguna untuk
pengendalian populasi sel dengan cara mengimbangi perbanyakan sel,
misalnya untuk mencegah munculnya tumor. Kematian sel juga berguna untuk menghilangkan bagian tubuh yang tidak diperlukan. Contohnya, pada saat pembentukan embrio,
jari-jari pada tangan atau kaki manusia pada mulanya saling menyatu,
namun kemudian terbentuk berkat kematian sel-sel antarjari. Dengan
demikian, waktu dan tempat terjadinya kematian sel, sama seperti
pertumbuhan dan pembelahan sel, merupakan proses yang sangat terkendali.
Kematian sel semacam itu terjadi dalam proses yang disebut apoptosis yang dimulai ketika suatu faktor penting hilang dari lingkungan sel atau ketika suatu sinyal internal diaktifkan. Gejala awal apoptosis ialah pemadatan nukleus dan fragmentasi DNA yang diikuti oleh penyusutan sel.
Lihat Juga Artikel Lengkap: Sel (Biologi)
Terima kasih atas kunjungan anda di LingkaranDunia Serta membaca artikel mengenai Sel dalam ilmu Biologi, dan semoga ilmu yang kami bagikan ini bermanfaat buat anda.