Penerapan teori pada manusia, dan peranan teleologi dalam evolusi

Penerapan teori pada manusia, dan peranan teleologi dalam evolusi

http://amirakostader.blogspot.co.id/2017/01/penerapan-teori-pada-manusia-dan.html

Pada tahun 1864, Wallace menerbitkan sebuah makalah berjudul "The Origin of Human Races and the Antiquity of Man Deduced from the Theory of 'Natural Selection'" terkait penerapan teori ini pada manusia. Saat itu Darwin belum memperhatikan subjek tersebut kendati Thomas Huxley telah membahasnya dalam Evidence as to Man's Place in Nature. Ia menjelaskan stabilitas yang jelas dari ras manusia dengan menunjuk pada kesenjangan yang besar antara kapasitas tengkorak manusia dibandingkan dengan kera besar. 

Tidak seperti pendukung Darwin lainnya, termasuk Darwin sendiri, ia tidak "menganggap orang-orang primitif modern hampir-hampir mengisi kesenjangan antara manusia dan kera". Ia melihat evolusi manusia dalam dua tahap: tercapainya suatu postur bipedal yang membebaskan kedua tangan untuk melaksanakan perintah dari otak, dan "pengakuan atas otak manusia sebagai suatu faktor yang sama sekali baru dalam sejarah kehidupan. Wallace tampaknya adalah evolusionis pertama yang mengakui dengan jelas bahwa ... dengan kemunculan spesialisasi jasmani tersebut yang mana membentuk otak manusia, spesialisasi jasmani itu sendiri mungkin dapat dikatakan sudah tidak diperlukan lagi." Ia dipuji Darwin karena makalahnya ini.

Tidak lama setelah itu Wallace menjadi seorang spiritualis. Pada waktu yang hampir bersamaan, ia mulai berpandangan bahwa seleksi alam tidak mampu menjelaskan kejeniusan musikal, artistik, atau matematik, juga pikiran metafisik, serta kecerdasan dan humor. Ia pada akhirnya mengatakan bahwa sesuatu dalam "alam semesta tak terlihat dari Roh" telah bertindak sebagai perantara setidaknya tiga kali dalam sejarah. Yang pertama adalah penciptaan kehidupan dari materi anorganik. Yang kedua adalah pengenalan kesadaran pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi. Dan yang ketiga adalah timbulnya kemampuan mental yang lebih tinggi pada manusia. Ia juga meyakini bahwa raison d'être (alasan keberadaan) dari alam semesta adalah pengembangan jiwa manusia. 

 Pandangan-pandangan ini sangat mengganggu Darwin yang berpendapat bahwa intervensi spiritual tidaklah perlu dan bahwa seleksi seksual dapat dengan mudah menjelaskan fenomena mental yang tampaknya non adaptif. Beberapa sejarawan telah menyimpulkan bahwa paham spiritualisme yang diterapkan oleh Wallace secara langsung menyebabkan ia berkeyakinan kalau seleksi alam tidaklah cukup untuk menjelaskan perkembangan kesadaran dan pikiran manusia. Sedangkan para akademisi lainnya yang mendukung Wallace tidak sepakat atas kesimpulan tersebut, dan beberapa bersikeras bahwa Wallace tidak pernah meyakini seleksi alam dapat diterapkan pada area-area tersebut.

Reaksi terhadap ide-ide Wallace pada topik ini bervariasi di kalangan naturalis terkemuka pada saat itu. Charles Lyell lebih mendukung pandangan Wallace tentang evolusi manusia daripada pandangan Darwin. Keyakinan Wallace bahwa kesadaran manusia tidak mungkin sepenuhnya hasil dari penyebab-penyebab materi semata dianut oleh sejumlah intelektual terkemuka pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Bagaimanapun juga banyak kalangan, seperti Huxley, Hooker, dan Darwin sendiri, bersikap kritis terhadap Wallace. 

Sebagaimana dinyatakan oleh Michael Shermer, seorang sejarawan sains, pandangan Wallace dalam area ini bertentangan dengan dua prinsip utama dari filosofi Darwin yang sedang berkembang, yakni evolusi bukanlah teleologis (digerakkan oleh tujuan) dan bukan juga antroposentris (berpusat pada manusia). 

 Jauh di kemudian hari dalam hidupnya Wallace kembali ke tema-tema ini, bahwasanya evolusi menyatakan bahwa alam semesta mungkin memiliki suatu tujuan dan bahwa aspek tertentu dari makhluk hidup mungkin tidak dapat dijelaskan dari sisi proses yang murni materialistik, dalam artikel berjudul The World of Life pada sebuah majalah tahun 1909 yang kemudian dikembangkannya menjadi sebuah buku dengan judul yang sama. Shermer mengatakan bahwa karyanya itu mengantisipasi beberapa gagasan tentang desain secara alamiah dan mengarahkan konsep evolusi yang akan timbul dari berbagai tradisi agama di sepanjang abad ke-20.

Comments
0 Comments