Sifat Kimia Ethanol
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom
yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol
kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.
Reaksi asam-basa
Gugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Ia hampir netral
dalam air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33, berbanding dengan pH air
murni yang sebesar 7,00. Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya,
ion etoksida (CH3CH2O−), dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti natrium:
2CH3CH2OH + 2Na → 2CH3CH2ONa + H2
ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:
CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2.
Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik,
karena air lebih asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida
lebih difavoritkan daripada pembentuk etoksida.
Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti etil klorida dan etil bromida:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
Reaksi
dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida. Hidrogen klorida
dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.
CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O
Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat. Etil
halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen
halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil
klorida, ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.
CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HCl
Pembentukan ester
Kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat dan menghasilkan senyawa etil eter dan air:
RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O.
Agar
reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu
dipisahkan dari campuran reaksi seketika ia terbentuk. Etanol juga dapat
membentuk senyawa ester dengan asam anorganik. Dietil sulfat dan
trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam sulfat
dan asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna
sebagai agen etilasi dalam sintesis organik.
Dehidrasi
Asam
kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan
dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
2 CH3CH2OH → CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120'C)
- CH3CH2OH → H2C=CH2 + H2O (pada 180'C)
Oksidasi
Etanol
dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang kemudian dapat dioksidasi
lebih lanjut menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi
ini dikatalisis oleh enzim tubuh. Pada laboratorium, larutan akuatik
oksidator seperti asam kromat ataupun kalium permanganat
digunakan untuk mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. Proses ini akan sangat sulit menghasilkan asetaldehida oleh karena terjadinya
overoksidasi. Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida tanpa
oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat menggunakan piridinium kloro
kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).
C2H5OH + 2[O] → CH3COOH + H2O
Produk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh manusia sebagai asetil-koA.
Pembakaran
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(ΔHr = −1409 kJ/mol)
Terima kasih telah berkunjung di LingkaranDunia, serta membaca artikel mengenai Sifat Kimia Ethanol, dan semoga artikel ini bermanfaat buat anda. Dan jika artikel ini membantu anda, alangka baiknya anda mengucaokan terima kasih di Kolom Komentar.