Pembentukan
Teori
Big Bang merupakan teori ilmiah yang paling luas diterima sebagai
penjelasan atas berbagai tahapan awal evolusi alam semesta. Beberapa
milidetik setelah Big Bang,
temperatur alam semesta lebih dari 10 milyar kelvin dan foton memiliki
energi rata-rata lebih dari satu juta elektronvolt. Foton ini memiliki
energi yang cukup sehingganya dapat bereaksi satu sama lainnya membentuk
pasangan elektron dan positron,
dengan γ adalah foton, e+ adalah positron, dan e−
adalah elektron. Sebaliknya pula, positron-elektron memusnahkan satu
sama lainnya dan memancarkan foton berenergi tinggi. Kesetimbangan
antara elektron, positron, dan foton terjada semasa fase evolusi alam
semesta ini. Setelah 15 detik, temperatur alam semesta turun di bawah
ambang batas yang mengizinkan pembentukan positron-elektron. Elektron
dan positron yang tersisa memusnahkan satu sama lain, melepaskan radiasi
gama yang memanaskan kembali alam semesta dalam waktu singkat.
Semasa
proses leptogenesis,
terdapat jumlah elektron yang lebih banyak daripada positron. Sampai
sekarang, masihlah belum jelas mengapa elektron dapat berjumlah lebih
banyak daripada positron.
Sekitar satu dari satu miliar elektron lolos dari proses pemusnahan.
Kelebihan jumlah proton dibandingkan antiproton juga terjadi dalam
kondisi asimetri barion, menyebabkan muatan total alam semesta menjadi
nol. Proton dan neutron yang tidak musnah kemudian mulai berpartisipasi
dalam reaksi nukleosintesis, membentuk isotop hidrogen dan helium, serta
sekelumit litium. Proses ini mencapai puncaknya setelah lima menit.
Neutron yang tersisa kemudian menjalani peluruhan beta negatif dengan
umur paruh sekitar seribu detik, melepaskan proton dan elektron dalam
prosesnya,
dengan n adalah neutron, p adalah proton dan νe
adalah antineutrino elektron. Selama 300.000-400.000 tahun ke depan,
energi elektron yang berlebih masih sangat kuat sehingganya tidak
berikatan dengan inti atom.
Setelah itu, periode rekombinasi terjadi, saat atom netral mulai
terbentuk dan alam semesta yang mengembang menjadi transparan terhadap
radiasi.
Kira-kira satu juta tahun setelah big bang,
generasi bintang pertama mulai terbentuk. Dalam bintang, nukleosintesis
bintang mengakibatkan pembentukan positron dari penggabungan
inti atom. Partikel antimateri ini dengan segera memusnahkan elektron
dan melepaskan sinar gama. Oleh sebab itu, terjadi penurunan jumlah
elektron yang diikuti dengan peningkatan jumlah neutron dengan kuantitas
yang sama. Walau demikian, proses evolusi bintang
dapat pula mengakibatkan sintesis isotop-isotop radioaktif. Beberapa
isotop tersebut kemudian dapat menjalani peluruhan beta negatif dan
memancarkan elektron dan antineutrino dari inti atom. Salah satu
contohnya adalah isotop kobalt-60 (60Co) yang meluruh menjadi nikel-60 (60Ni).
Pada
akhir masa kehidupannya, bintang yang bermassa lebih dari 20 massa surya dapat menjalani keruntuhan gravitasi dan membentuk lubang hitam.
Menurut fisika klasik,
objek luar angkasa yang sangat berat ini menghasilkan gaya tarik
gravitasi yang sangat besar sehingganya tiada benda apapun, termasuk
radiasi elektromagnetik, yang dapat lolos dari jari-jari Schwarzschild.
Namun, dipercayai bahwa efek mekanika kuantum mengizinkan radiasi
Hawking dipancarkan pada jarak ini. Elektron (dan positron) diperkirakan
diciptakan di horizon persitiwa lubang hitam.
Ketika pasangan-pasangan partikel maya (seperti elektron dan positron) tercipta disekitar horizon peristiwa, distribusi spasial acak
partikel-partikel ini mengizinkan salah satu partikel muncul pada bagian
eksterior; proses ini disebut sebagai penerowongan kuantum. Potensial gravitasi
lubang hitam kemudian dapat memasok energi yang mengubah partikel maya
menjadi partikel nyata, mengizinkannya beradiasi keluar menuju luar
angkasa.
Sebagai gantinya, pasangan lainnya akan mendapatkan energi negatif,
yang menyebabkan penurunan massa-energi lubang hitam. Laju radiasi
Hawking meningkat seiring dengan menurunnya massa, pada akhirnya akan
menyebabkan lubang hitam "menguap" sampai akhirnya meledak.
Sinar kosmis adalah partikel-partikel yang bergerak di luar angkasa dengan energi yang tinggi. Energi sebesar 3,0 × 1020 eV
telah tercatat. Ketika partikel-partikel ini bertumbukan dengan nukleon
di atmosfer Bumi, hujanan partikel-partikel dihasilkan, termasuk pula
pion. Lebih dari setengah radiasi kosmis yang terpantau dari permukaan
Bumi terdiri dari muon.
Partikel ini merupakan sejenis lepton yang dihasilkan di atmosfer
bagian atas melalui peluruhan pion. Muon, pada gilirannya, dapat meluruh
menjadi elektron maupun positron. Oleh karena itu, untuk pion bermuatan
negatif π−,