Masa Pergerakan Nasional
Soekarno Hatta untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi
tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja
merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan
Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato
menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan
perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java
diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club
oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional
Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI
menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di
Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke
Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan di
pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan pledoinya
yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932,
Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan
pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores.
Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun
semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada
seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada tahun 1938
hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu, ia baru
kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.