Pemanfaatan Kulit kakao dan kopi Menjadi Gas Hidrogen (H2)
1. Kulit Kakao
Sedangkan produksi limbahj padat kakao mencapai sekitar 605 dari
total produksi buah, dan limbah kakao merupakan limbah yang mengandung
14,583% sellulosa, 4,315% lignin, dan 10,35% kadar air. Limbah kopi dan kakao dapat dihidrolisis baik secara kimiawi maupun
secara biologis untuk menghasilkan gula reduksi seperti glukosa dan
xylosa. Glukosa dan xylosa yang diperoleh dari proses hidrolisis dapat
difermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan hidrogen. Mikrorganisme
yang dapat menghasilkan biohidrogen adalah bakteri, antara lain bakteri
anaerob, mikrobia fotosintetik dan non fotosintetik serta bakteri
Cyanobacteria.
2. Kulit Kopi
Limbah perkebunan kopi dan kakao dapat dikonversi menjadi glukosa. Untuk
setiap pengolahan 100 kg buah kopi akan dihasilkan 15,95 kg (55%) biji
kopi dan 13,05 kG (45%) kulit gelondong kering. Kulit gelondong kering
terdiri dari kulit cangkang, lendir, dan kulit buah dengan perbandingan
11,9 : 4,9 : 28,7. Kandungan kulit gelondong kering terdiri atas 12,4%
gula reduksi 2.02% gula non pereduksi, dan lendir kering kopi mengandung
30% gula pereduksi, 1&% selulosa.
Gas hidrogen (H2) yang berbasis biomassa merupakan bahan bakar
alternatif yang sangat menjanjikan dikembangkan sebagai pengganti bahan
bakar fosil. Biohidrogen (bio-H2) dapat diproduksi dari bahan yang dapat
diperbaharui, efisien dan tidak memiliki ikatan dengan karbon, sehingga
tidak akan menghasilkan emisi gas buang yang dapat mencemari
lingkungan.
Biohidrogen merupakan hidrogen yang diproduksi secara biologis.
Metode potensial yang digunakan untuk memproduksi bio-H2 di antaranya
menggunakan biomassa limbah perkebunan kopi dan kakao, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan baku fuel cell dalam pembangkit listrik.
Salah satu metode produksi bio-H2 dari limbah kopi dan kakao yaitu
dengan memanfaatkan proses bioteknologi atau memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme melalui proses fotosintesis atau fermentasi. Produksi
bio-H2 melibatkan mikrorganisme atau enzim. Pengembangan biohidrogen dapat membantu mengatasi masalah kelangkaan bahan bakar fosil.