Energi alternatif adalah sebuah sumber energi yang dibuat tanpa menggunakan bahan bakar minyak dan sejenisnya. Ada banyak cara membuat energi alternatif
dan juga bahan yang sangat mudah didapat. Karena kemudahan inilah yang
membuat sebuah sumber energi bisa disebut dengan sumber energi
alternatif.
Salah satu bahan yang
bisa dijadikan sumber energi alternatif adalah kulit pisang. Mungkin ini
adalah satu hal baru akan tetapi kulit pisang ini sudah diteliti dan
diuji. Dimana kulit pisang ini ternyata mampu untuk menghasilkan
elektron yang bisa menghasilkan tenaga listrik.
Potensi Pisang
Potensi dari tanaman pisang ini terdapat hampir diseluruh bagian
tanaman, namun potensi yang terbesar ada pada bagian kulit pisang. Kulit
pisang mempunyai potensi menjadi bahan dasar pembuatan baterai ramah
lingkungan. Setelah melalui proses panjang, kulit pisang ini akan
menghasilkan mineral yang berfungsi sebagi elektrolit (pengganti pasta pada baterai). Elektrolit inilah yang nantinya akan menghasilkan arus
listrik dalam batu baterai.
Teori Dasar Sel Listrik
Baterai merupakan sistem elektrokimia. Tiap sel baterai terdiri atas
elektroda yang berbeda dipisah satu sama lain dalam cairan penghantar
yang disebut elektrolit. Masing-masing elektroda memiliki sistem sendiri
dan menghasilkan potensial yang beda. Perbedaan potensial di antara
keduanya disebut elektromotive force.
Energi kimia yang dihasilkan dari reaksi sel merupakan sumber listrik
yang disuplai baterai ketika digunakan. Zat-zat periaksi dalam sel sekunder secara lengkap dan efisen dapat dikembalikan ke keadaan asalnya
dengan memberkan arus listrik dengan arah yang berlawanan, tetapi dalam
sel primer hal ini tidak mungkin atau hanya sebagian saja. Hanya jenis
tertentu saja dari baterai primer yang dapat diperbaharui, yaitu dengan
cara menggati elektroda dan slektrolotnya.
Ketika dua terminal sel dihubungkan dengan sirkuit luar dan kabel,
arus yang mengalir proporsional dengan besarnya emf dan berbanding
terbalik dengan besarnya hambatan baterai dan sirkuit luar. Arus
mengalir melewati elektrolit oleh partikel muatan yang disebut ion dan
melewati bagian logam dari sirkui oleh elektron. Reaksi kimia terjadi
pada permukaan elektroda di mana terjadi perubahan dari konduksi
elektronik menjadi konduksi ionik dan sebaliknya.
Material katodik biasanya terbuat dari senyawa kimia seperti, PbO2, MnO2,NiO2, CuCl, atau AgCl. Mereka adalah agens depolarisasi. Dicirikan
dengan mudahnya menerima elektron, akibatnya tingkat oksidasinya turun.
Dilain pihak magterial anodik, biasanya logam seperti Pb, Fe, Cd, Mg
atau Zn. Sifatnya mudah melepas elektron membentuk ion positif dalam
elektrolit. Reaksi ini disebut oksidasi.
Reaksi reduksi dan oksidasi disertai dengan perubahan kimia. Mungkin
juga terdapat perubahan di dalam elektrolit. Perubahan tersebut
mengikuti hukum Faraday tentang elektrosis. Ketika baterai mensuplai
arus listrik dikatakan baterai tersebut sedang di-dicharge. Perubahan
dari energi kimia ke energi listrik berlangsung menurut hukum
termodinamika.
Elektrolit yang menyediakan konduksi ionik antar elektroda harus
disesuaikan dengan bahan katoda adan anoda. Dalam elektrolot perlu
adanya jumlah asam yang berlebihan dibandingkan jumlah yang diperlukan
secara teoritis, kalau tidak ada dia akan terlalu lrut dan terlalu
risisten terhadap aliran arus listrik. Perubahan yang tidak diinginkan
juga bisa terjadi. Laju reaksi akan sebanding dengan pertukaran elektron
antar elektroda, hal ini tergantung pada difusi, suhu, permukaan
efektif, dan kondisi dari sirkuit listrik.
Pembuktian
Baterai kulit pisang hasil percobaan penulis dalam menghantarkan
listrik tidak sesempurna seperti baterai pada umumnya. Hal ini karena
banyak faktor yang kurang mendukung penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya sarana dan
prasarana.
Data hasil percobaan yang telah diukur tegangannya oleh penulis.
Hasil penelitiaan menunjukan bahwa rata-rata tegangan yang dihasilkan
oleh baterai kering dari kulit pisang Ambon adalah 1,1 Volt . Sedangkan
pada pisang Kepok rata-rata tegangan yang dihasilkan adalah 0,9 volt
.Kontruksi baterai kering kulit pisang sama dengan baterai biasa.
Perbedaannya hanya pada elektrolitnya. Kulit pisang mengandung beberapa
mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit. Mineral yang terdapat
pada kulit pisang yang terbanyak adalah Kalium (K+ ). Kulit pisang juga mengandung garam soddium yang mengandung Klorida (Cl–) dalam jumlah sedikit.Reaksi antara Kalium dan garam Sodium dapat membentuk garam Kalium Klorida (KCl)
Menurut Drs,Asep Jamal (2008) KCl Merupakan elektrolit kuat yang
mampu terionisasi dan mampu menghantarkan arus listrik. Pisang juga
mengandung mangnesium dan Seng. Mangnesium (Mg) dapat bereaksi dengan
Klorida menjadi elektrolit kuat.
Dari kedua jenis pisang,yaitu pisang Ambon dan pisang Kepok yang
memiliki ketahanan listrik yang paling lama atau tinggi adalah pisang
Ambon. Pisang Ambon dilihat dari nyala lampu lebih lama dan lebih terang
serta voltasenya lebih besar dibanding pisang Kepok. Perbedaan tersebut
mungkin disebabkan pada kulit pisang Ambon lebih banyak mengandung
meneral valium dan garam sodium dibandingkan kulit pisang Kepok.
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan percobaan dengan baterai
yang pastanya sudah diambil dan dibiarkan kosong sebagai kontrol,
kemudian dilakukan pengujian nyala lampu, ternyata lampu tidak menyala,
ini membuktikan bahwa baterai yang tidak mempunyai pasta ( zat elektrolit ) tidak mampu menghantarkan arus listrik.