Salam akostader, kita berjumpa lagi di LingkaranDunia, kali ini kita akan membahas mengenai Segi Rupa Huruf dan Anatomi Huruf, tampa panjang lebar kita langsung saja:
Segi Rupa Huruf
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang
menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau
‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada
tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’
dalam perilaku manusia. Salah satu hukum persepsi dari teori ini
membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan
adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan
ruang negative yang disebut dengan ground.
Anatomi Huruf
Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau
memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf
merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf yang
satu dengan yang lain. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara
baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari
setiap jenis huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam
penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf.
Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut
sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline.
Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan x-height. Setiap
character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang (stem) yang pada
bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai
penutup yang disebut terminal.
Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan
garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar
(basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke)
Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang
mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok
besar, yaitu:
- kelompok garis tegak-datar; EFHIL
- kelompok garis tegak-miring; AKMNVZXYW
- kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU
- kelompok garis lengkung; COQS
Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori Gestalt,
yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif
dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga
kelompok, yaitu:
- Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU
- Ruang negatif bersudut persegi-empat, EFHILT
- Ruang negatif bersudut persegi-tiga, AKMNVWXYZ
- Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki asas optikal-matematis, dalam pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam alfabet memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara optis.
Sistem Pengukuran
Apabila kita perhatikan susunan huruf-huruf pada sebuah naskah dalam
majalah, buku ataupun brosur, maka akan terlihat bahwa susunan dari
huruf-huruf tersebut memiliki suatu disiplin dalam pengukuran dan
proporsi. Hal tersebut biasanya mencakup pengukuran tinggi huruf,
panjang baris huruf, jarak antara huruf yang satu dengan yang lain,
serta jarak antarbaris.
- point dan pica
Tiga dasar sistem pengukuran dalam tipografi adalah: point (biasa disingkat dengan pt), pica
(dibaca: paika), dan unit. Point digunakan untuk mengukur tinggi huruf,
sedangkan pica digunakan untuk mengukur panjang baris. Pengukuran dari
lebar persatuan huruf serta jarak antar huruf dihitung dengan satuan
unit. Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan
teknologi phototypesetting dan digital composition – teknologi yang
digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan
hasil cetak yang tajam dan presisi. Pada tahun 1737, Pierre Fournier,
seorang pembuat huruf (type founder) dari Paris menemukan sistem
pengukuran huruf dalam satuan point. Sistem pengukuran huruf yang lain
diperkenalkan 40 tahun kemudian oleh Francois Ambroise Didot dari
Perancis. Acuan yang dipakai sekarang adalah sistem Anglo-Saxon
dengan perhitungan 72 pt setara dengan 1 inch atau 2,539 cm. Sistem
pengukuran tipografi tersebut berawal dari teknik cetak movable type
yang pada perkembangan berikutnya diciptakan standardisasi pengukuran
dan satuannya.
Untuk lebih memperjelas gambaran terhadap sistem
pengukuran huruf, kita dapat melihat gambar potongan metal type berikut
ini.:
Blok metal ini memiliki bidang permukaan cetak pada bagian teratas.
Keseluruhan dari blok metal ini disebut sebagai body dan permukaan cetak
disebut sebagai face. Lebar dari body adalah set-width, yang memiliki
berbagai macam ukuran tergantung kepada lebarnya masing-masing huruf.
Kedalaman dari body adalah dimensi yang dipakai untuk mengukur tinggi
huruf yang disebut body size. Satuan pengukuran yang dipakai untuk
mengukur tinggi huruf adalah point. Satu hal yang perlu diingat bahwa
acuan pengukuran tinggi sebah huruf bukan dihitung dari tinggi huruf
yang telah tercetak namun dihitung dari kedalaman dari body size.
Sebagai gambaran, 10 pt kedalaman dari body size akan menghasilkan huruf
setinggi 10 pt.
- x-height
x-height bukan merupakan sistem pengukuran huruf, namun besar
kecilnya x-height dapat memengaruhi tinggi huruf secara visual. Di
samping itu, perbedaan jenis huruf serta proporsi antara x-height dan
body size memiliki pengaruh terhadap ukuran ascender dan descender.
Besar kecilnya x-height memiliki pengaruh terhadap jumlah huruf yang
dapat terakomodasi dalam satu baris. Untuk mendapatkan gambaran lebih
jelas,
berikut adalah contoh perbandingan dari tiga jenis huruf yang dicetak dalam ukuran 10 pt dan 54 pt :
- em dan en
Spasi adalah berupa interval antar elemen tipografi yang mencakup:
jarak antar huruf atau yang disebut kerning, jarak antar kata atau yang
disebut word spacing dan jarak antarbaris atau yang disebut leading
(dibaca:leding). Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran
ruang jarak antar kata adalah penyisipan potongan metal yang diletakkan
di antara huruf yang satu dan yang lain. Potongan metal ini disebut
quad. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang merupakan kotak sebesar
ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai em. Ukuran
setengah dari em adalah en. Apabila huruf dengan ukuran 10 pt maka
em-quad-nya berukuran 10 pt x 10 pt. Untuk memperjelas gambaran tentang
teknik tradisional ini, berikut adalah contoh gambar sebuah em-quad.
- Kerning
Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting dan
digital composition dihitung dengan sistem unit. Sistem ini tidak
memiliki acuan pengukuran yang tetap, dalam pengertian bahwa unit
memilikinilai yang berbeda-beda tergantung kepada sistem yang digunakan.
Em berupa kotak seukuran besarnya huruf, kemudian bila kotak ini dibagi
menjadi beberapa segmen yang sama besar, maka setiap segmen ini disebut
sebagai unit. Sebuah huruf ‘U’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara
huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat
memiliki lebar 6 unit.
- Leading
Pengukuran jarak antarbaris (leading) dihitung dengan menggunakan
satuan point. Teknik tradisional memakai lembaran metal yang disisipkan
di antara baris. Lembaran metal ini memiliki ketebalan yang beragam.
Keluarga Huruf
Keluarga huruf terdiri atas berbagai kembangan yang berakar dari
struktur bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan
berat huruf masih memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang
pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan,
yaitu: berat, proporsi, dan kemiringan.
- Berat
Perubahan berat dari struktur bentuk dasar huruf terletak pada
perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke.
Bila ditinjau dari berat huruf, maka anggota dari keluarga huruf ini
dapat dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light, regular, dan
bold. Setiap anggota keluarga huruf baik light, regular, dan bold
memiliki kesamaan ciri fisik, namun dengan tampilnya perbedaan berat
dapat memberikan dampak visual yang berbeda. Seperti contoh, huruf bold
karena ketebalannya memiliki potensi yang kuat dalam menarik perhatian
mata. Biasanya kelompok huruf bold ini banyak sekali digunakan untuk
judul (headline) sebuah naskah, baik untuk iklan, poster, maupun media
terapan lainnya. Berikut adalah tabel perbandingan antara tinggi dari
huruf yang tercetak dengan lebar stroke dari huruf tersebut:
- Proporsi
Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar dari
huruf itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok bila ditinjau dari
perbandingan proporsi terhadap bentuk dasar huruf tersebut. Pembagiannya
adalah condense, regular, dan extended. Berikut adalah tabel proporsi
yang ideal antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu
sendiri:
- Kemiringan
Huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut
italic. Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan
pada sebuah kata. Di samping itu, huruf-huruf ini juga dipakai untuk
menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Umumnya,
huruf italic digunakan untuk teks dalam jumlah yang tidak terlalu
panjang, seperti untuk keterangan gambar (caption), highlight dari
naskah (copy blurb) serta kadang juga digunakan sebagai headline atau
sub-head. Apabila kita perhatikan secara saksama, huruf italic dirancang
dengan sudut kemiringan tertentu untuk mencapai toleransi terhadap
kenyamanan mata kita dalam membacanya. Sudut kemiringan yang terbaik
adalah 12 derajat. Mata kita akan sukar mengidentifikasikan huruf italic
apabila sudut kemiringan lebih besar dari 12 derajat, akan memengaruhi
keseimbangan bentuk huruf.
- Set Characters
Setiap alfabet memiliki berbagai character yang terdiri dari huruf
besar atau yang disebut uppercase (sering juga disebut dengan capitals
atau caps) dan huruf kecil atau yang disebut lowercase. Istilah ini
berasal dari subsistem teknologi mesin cetak yang awalnya ditemukan oleh
Johan Gutenburg. Pada masa itu cetakan huruf yang berupa
potongan-potongan blok metal disimpan dalam sebuah kotak yang disebut
dengan type case. Huruf besar disimpan di dalam kotak pada bagian atas
(upper case), sedangkan huruf kecil diletakkan pada bagian bawah dari
kotak (lower case). Kelengkapan character dalam sebuah alfabet (set
character) biasanya memiliki uppercase yang berjumlah 26 dan lowercase
dalam jumlah yang sama. Selain uppercase dan lowercase masih terdapat
berbagai jenis character yang melengkapi sebuah alfabet. Sebagai
catatan, setiap jenis huruf digital memiliki jumlah character yang
berbeda-beda, hal ini tergantung pada seberapa banyak si perancang huruf
mendesain jumlah character. Satu set characters yang lengkap biasanya
terdiri dari lebih 200 jenis character. Penambahan character seperti
ligatures disebut sebagai expert set characters.
Berikut adalah jenis-jenis character tambahan selain upper case dan lower case.
- Ligatures, Dua buah character atau lebih yang digabungkan menjadi satu kesatuan unit. Seperti; fi, fl, Æ, æ, Œ
- Modern Figures, Angka-angka yang memiliki ketinggian yang sama dengan upper case. Modern figures sering juga disebut sebagai lining figures.
- Old Style Figures, Angka-angka yang memiliki ketinggian yang sama dengan meanline dari lower case.
- Foreign Accents, Character yang melengkapi sebuah set characters dalam sebuah bahasa tertentu, seperti beberapa tanda baca atau huruf2 tertentu, seperti beberapa tanda baca atau huruf-huruf tertentu seperti yang terdapat dalam bahasa Jerman atau Prancis.
- Small Caps, Upper case yang memiliki tinggi yang sama dengan lower case (x-height).
- Fractions, Angka-angka pecahan
- Punctuation Marks, Tanda-tanda baca
Klasifikasi Huruf
Sering timbul pertanyaan yang dikaitkan dengan keberadaan ragam jenis
bentuk huruf digital yang hampir atau bahkan tidak memiliki korelasi
dengan konvensi klasifikasi huruf yang telah ada. Hal ini sebaiknya
diabaikan, mengingat klasifikasi huruf terakhir ditandai dengan tonggak
sejarah kelahiran huruf Helvetica pada tahun 1957. Untuk lebih
singkatnya, klasifikasi huruf dibuat berdasarkan atas latar belakang
sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentum-momentum
penting dalam perjalanan sejarah penciptan dan pengembangan bentuk
huruf. Walaupun saat ini lahir beragam jenis bentuk huruf, dunia
tipografi sekarang masih banyak mengangkat jenis huruf-huruf lama,
seperti Bodoni, Century, ataupun Garamond yang direproduksi serta
dimodifikasi dengan teknologi digital. Huruf-huruf lama yang
direproduksi kembali (revival type) oleh type foundry biasanya
dimodifikasi dengan desain yang berbeda. Selain perbedaan desain, kadang
ditemui juga perbedaan ukuran x-height.
Untuk mengenali perusahaan mana
yang mereproduksi dapat dilihat dari kode yang tertulis di muka nama
jenis huruf, seperti A Garamond (‘A’ berarti Adobe) atau ITC Century
(‘ITC’ berarti International Type Corporation). Seperti halnya perbedaan
desain, juga ditemukan perbedaan nama, seperti huruf Helvetica
dinamakan juga Switzerland, Claro, Vega ataupun Newton. Penamaan ini
tergantung kepada perusahaan mana yang mereproduksi huruf-huruf
tersebut. Perbedaan standardisasi ini dapat menimbulkan masalah dalam
produksi desain cetak. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya pada
saat data di-serahkan kepada biro separasi film, jangan lupa untuk
menyertakan jenis-jenis huruf yang digunakan.
Berikut adalah pengelompokan yang dibuat sesuai dengan urutan waktu pembuatan beserta salah satu contoh hurufnya:
- Old style (Garamond, 1617)
- Transitional (Baskerville, 1757)
- Modern (Bodoni, 1788)
- Egyptian/Slab Serif (Century Expanded, 1895)
- Sans Serif (Helvetica, 1957)
- Display/Script (Copperplate)
Terima kasih telah berkunjung di LingkaranDunia, serta membaca artikel yang berjudul Segi Rupa Huruf dan Anatomi Huruf (alfabet memiliki keunikan fisik), dan semoga artikel ini bermanfaa buad anda.