Pemanfaatan Air laut Sebagai Bahan Bakar
Air sebagai bahan bakar terbarukan saat ini masih dipandang sebelah mata,
apalagi teknologi bahan bakar air (BBA) yang telah tua itu tersingkir
ketika BBM ditemukan dan dimanfaatkan maksimal sebagai bahan bakar. Di
sisi lain, energi yang diperlukan untuk mendisosiasi air menjadi gas
hidrogen dan oksigen dengan teknologi elektrolisis lebih besar dibanding
dengan energi pembakaran hidrogen yang diperoleh. Artinya, energi
elektroliser sebesar 4 kWh diperlukan untuk mendapatkan 1 m3 hidrogen dari air, dan pembakaran hidrogen sebanyak itu hanya menghasilkan energi 3,5 kWh
dengan tegangan 1,6-2,0 V dan arus ratusan Amper. Kelemahan
ini dijadikan alasan untuk tidak mengembangkan potensi air sebagai BB.
Namun, hal itu sebenarnya kurang benar, karena 1) efisiensi produksinya
lebih tinggi 10 kali, dan 2) bila gas H2 tercampur dengan O2 yang disebut dengan gas HHO, maka gas HHO segar yang diproduksi tersebut 4 kali lebih berenergi daripada gas H2 dan gas O2. Ketika Bob
menggunakan elektroliser bersistem pemulsaan tegangan (lebar pulsa 555
dengan frekuensi masing-masing 42.800; 21.400 dan 10.700 cps), maka efisiensi keseluruhan meningkat tajam menjadi lebih dari 1000% dibandingkan hasil normalnya (Faraday).
Koda
mengusulkan bahwa selain pemecahan ikatan atom antara hidrogen dan
oksigen dalam air menggunakan arus listrik, dapat ditambahkan pula
penggunaan teknik vibrasi ultrasonik disertai dengan gelombang radio
guna menaikkan efisiensi yang prosesnya disebut elektrolisis ultrasonik.
Sebuah kristal piezoelektrik dilekatkan di dasar kubah logam yang duduk
pada bahan fleksibel (karet). Bila kristal distimulasi oleh arus
listrik dengan Frekuensi resonansi sekitar 42,7 kHz,
maka kristal akan bergetar dan kubah logam ikut bergetar, dan air yang
menyelimutinya juga ikut bergetar dengan frekuensi yang sama, sehingga
air terdissosiasi menjadi gas hidrogen dan oksigen. Pada saat yang sama,
arus listrik yang digunakan untuk menghidrolisis air dilewatkan melalui
air yang terletak di antara kubah dan bagian luar dinding logam,
sehingga menimbulkan pulsa-pulsa pada frekuensi resonasi air tersebut.
Akibatnya, kombinasi antara getaran fisik dan pulsa elektrolitik
menghasilkan efisiensi dissosiasi air menjadi gas hidrogen dan oksigen
lebih tinggi. Proses pemanfaatan frekuensi itu Hansen menyebutnya Frequency Enhanced Electrolysis atau Hydro-phonic Electrolysis,
frekuensi pulsa berfungsi membuat pulsa pada arus yang menuju
elektroda, sehingga elektroda bergetar / bervibrasi sekaligus
memancarkan pulsa frekuensi dengan nada tinggi ke dalam air. Elektroda
bersifat hydrophone (meneruskan efek gelombang) sehingga, bila frekuensinya tepat, dapat memotong ikatan oksigen dan hidrogen dalam molekul air. Kombinasi itu harus diatur sedemikian rupa agar mendapatkan efisiensi setinggi-tingginya tanpa pemberian katalis (mis.NaOH), tetapi hanya menggunakan air keran.
Sejak th 1997 peneliti Kuba (asal Rusia), Kanarev, telah menciptakan lebih dari 20 paten di bidang perolehan gas hidrogen dari air. Laporan penelitiannya bersama Mizuno dari Hokkaido University,
Jepang, tahun 2003 menjelaskan bahwa energi elektroliser yang
diperlukan untuk mendapatkan 1 m3 hidrogen dapat diturunkan menjadi
seperempatnya, dan Kanarev sendiri juga telah mampu menurunkan energi
elektroliser sepersepuluhnya dengan mengubah air menjadi bentuk plasma pada suhu 2700-5000 oC, bahkan selanjutnya Kanarev telah menemukan sel elektrolisis yang diatur sedemikian rupa sehingga arus dapat direndahkan lagi hingga 0.02 A dengan tegangan 1,5-2,0 V. Dengan teknik ini air / air laut langsung berubah menjadi uap dan gas hidrogen dalam beberapa detik saja (seperti pada gambar) sehingga bila diproduksi besar-besaran uap air
yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk
menggerakkan turbin, utilitas di industri kimia, dll., dan gas hidrogen
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik tambahan. Inilah PLTN (reaksi nuklir menggunakan elektrolisis plasma) yang diinginkan di masa depan, PLTN dengan BBA saja atau air laut saja, bukan
dengan bahan bakar uranium, plutonium atau thorium. Ini adalah salah
satu bukti awal prospek cerah dari air atau air laut yang berfungsi
sebagai BB via elektrolisis plasma.
Terima kasih suda berkunjung di Blog saya, semoga artikel ini dapat bermanfaat buat anda, serta menambah wawasan anda. Dan jangan lupa di LIKE kalau memang bermanfaat. Sekian artikel Pemanfaatan Air laut Sebagai Bahan Bakar.